Sahabat Kecil by Gita Tunggal Crescendo Singers League

Sabtu, 26 Desember 2015

Shalom Aleichem

"Peace be upon you". It's how Hebrew's people greet each others. Then, they will reply you back "Aleichem Shalom" means "upon you be peace."

For Muslims, it becomes As-Salamu alaykum and the reply is Wa-Alaikum as-Salaam. There are no differences at all between both of them. The meaning still remains, though.

.
.
.

Well, have you ever considered how expensive it is?

When I look into the past, many things showed up in front of my eyes that conflicts happened more often than peace. Just take a look at myself. How bad were things going on, huh? Hatred and bitterness filled my heart. Then, it affected an enormous demolition. For the first time since I had accepted Jesus as my Savior. I kinda feel like a dumb. I have not felt like being chained for months before.

I don't know why for recent days I feel like He's talking about peace and love continuously.

Based on Emotionally Healthy Spirituality, "Menerima Konflik - Jalan Menuju Damai yang Sejati. Anda tidak bisa memiliki damai sejati dari kerajaan Kristus bersamaan dengan kebohongan dan kepura-puraan. Semua itu harus dibuka dalam terang dan diganti dengan kebenaran. Ini adalah tindakan yang dewasa dan kasih. ... panggilan untuk menjadi pembawa damai yang sejati dengan pernyataan bahwa penganiayaan akan menimpa setiap kita yang mengikuti jalan-Nya ini."

Yesterday, He talked through quiet time that "May you know the peace of Christmas every day of the year"

On the same day, I watched a TV program and found myself being astonished. Besides love and peaces are shouted over and over again, two of some person that I hate were mentioned. What a surprise! A reconciliation, perhaps?

I received an email from LilinKecil as a Christmas greetings. Again, it is written "Mari kita menjadi pembawa cinta kasih, damai, dan terang bagi dunia. Semoga kehidupan kita dan keluarga selalu dipenuhi cinta dan damai."

On 24 December, I served as a pianist as well. Everything was going well until the drama began. Not much different with Perkantas had done before. It was only about peace and love which given for the world full of anger, grudge, disappointment.

Then, I'm asking right now. How to be a piece maker when I'm not filled with peace and love enough? The first step comes from yourself, right?

.
.
.

There is a Hymn song about this. The title is "Make Me a Channel of Your Peace".

(1)
Make me a channel of Your peace,
Where there is hatred, let me bring Your love,
Where there is injury, Your pardon Lord,
And where there's doubt, true faith in You.

Reff:
Oh Master, grant that I may never seek,
So much to be consoled as to console,
To be understand, as to understand,
To be loved, as to love with all my soul.

(2)
Make me a channel of your peace,
Where's there's despair in life let me bring hope,
Where there is darkness - only light,
And where there's sadness, ever joy

(3)
Make me a channel of your peace,
It is in pardoning that we are pardoned,
In giving to all men that we receive,
And in dying that we're born to eternal life.

Watch this: https://www.youtube.com/watch?v=2svZhZT6Pro
Sung by Dragon School Oxford and it is so touching.

I know this song from my dad. I fell in love instantly with this song at the first hear! Then, I was so curious about this song. Then, I found that this song is inspired from The Prayer of Saint Francis.


Beautiful.

.
.
.

Hari ini (26 Desember), benar-benar kaget. Ada perasaan ga enak entah dari mana. Dan entah kenapa pengen buka twitter dan buka akun orang itu. Dan, ternyata benar aja feeling aneh ini terkonfirmasi. Masih pahit ternyata ya?

Rasanya menyakitkan ketika tahu ada orang yang merasakan kepahitan ketika diri sendiri mengalaminya.

Harapanku masih ada.
"Semakin terang dan murni terang supernatural ilahi, semakin gelap pengalaman jiwa kita"

Ketika disini kita mungkin merasa baik-baik aja. Bisa saja entah siapapun itu di waktu yang sama justru mengalami kejadian yang membuat luka. Satu sisi bersyukur karena masih ada sukacita. Di sisi lain, mengajarkanku untuk tidak lupa mendoakan mereka yang tidak seberuntung aku sekarang sekalipun aku tidak mengenal mereka sama sekali.


Selamat Natal, Dunia
Hevenu Shalom Aleichem.

Rabu, 23 Desember 2015

And It's Time to Take .....

"Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah!" (Mazmur 46: 10)

Kembali melanjutkan Emotionally Healthy Spirituality sebagai waktu Ibadah Harian atau Pause and Pondering atau ya itu lah namanya. Setelah ini merupakan campuran antara isi dari buku tersebut dengan renungan pribadi.


DIAMLAH

Tak kusangka untuk berdiam diri saja, kita sampai harus diperintah oleh Allah. Mungkin memang natur keberdosaan manusia yang ga bisa diam. Yah Allah memang merancangkan waktu untuk berdiam diri bagi manusia supaya manusia tidak tergerus oleh banyaknya aktivitas. Tuntutan pelayanan, studi, dan aktivitas lainnya bisa membunuh kita perlahan-lahan. Badai semakin bergelora dan kita tidak menggenggam tali yang kokoh padahal kita punya.

Satu hari dari tujuh hari penciptaan merupakan waktu istirahat.
Satu perintah dari 10 perintah Allah berbunyi
"Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat: enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anak laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu. Sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan menguduskannya."

Panjang? Banget. Dan ini merupakan perintah terpanjang dari antara perintah lainnya. Dalam sudut pandang hukum, semakin detail pengaturan sebuah peraturan perundang-undangan, semakin meminimalisir kemungkinan adanya multitafsir, dan semakin menandakan bagusnya kualitas peraturan perundang-undangan.

Sederhananya, sebuah waktu untuk beristirahat (dalam EHS disebutkan Ibadah Harian dan Sabat) adalah sangat penting. Ibadah harian merupakan waktu berdiam diri sejenak dalam sehari untuk menikmati Allah, sedangkan Sabat merupakan membuat satu hari sebagai hari kudus bagi Allah. Keduanya memiliki unsur berhenti, berfokus, berdiam.

Justru ketika kita tidak mendisiplinkan diri untuk berdiam, kita akan semakin tergerus. Dan ini butuh disiplin diri yang ekstra karena tuntutan zaman sekarang sangat memaksa seseorang tetap produktif 24 jam (yang bener aje).

Mari ingat kejadian ke belakang secara kronologis:
- Trauma dan kepahitan berkepanjangan (luka yang tidak sembuh membuat kita terbuka terhadap kebiasaan berdosa melawan Tuhan dan sesama - EHS)
- Pelayanan, relasi, dan studi kacau balau
- Di pause dari pelayanan
- Somehow, hati digelisahkan untuk diam
- Di 28 agak sedikit terkendala komunikasi, secara khusus retreat yang diundur -_-
- Merasa "dijauhkan" dengan teman yang gua doakan karena mudik dan susah jaringan jadi susah komunikasi
- Bokap balik dan mintanya jalan-jalan terus
- Baca buku EHS (menghayati berdiam diri)
- Saat teduh dapetnya ginian:


Konfirmasi: Allah minta gua istirahat. Menikmati persekutuan pribadi, hanya Samuel dengan Allah.

Hahahahah with pleasure :) Sure I will take Sabbath during this holiday.
Fokusnya, berdiam bersama Allah, merenungi bagaimana Dia menyertai, dan menyerahkan segala kendali hidup pada-Nya.

Dan di dalam waktu berdiam ini sangat rindu untuk mengetahui bahwa Dialah Allah. Sudah sekian lama menjerit meminta ketenangan dan kedamaian.

AND IT'S TIME TO TAKE SABBATH!

Sabtu, 12 Desember 2015

Hula Hula Hula

Well, kalau memang harus masih lanjut dihancurkan aku telah siap kok. Hanya kalau boleh memohon anugerahkan juga aku hati yang siap menjalani hal ini. Kalau memang masih harus pahit lagi, silakan Tuhan. Kalo memang tiba tiba traumanya balik lagi, silakan Tuhan. Asalkan dia pulih. Kalaupun ternyata bukan ini tujuan-Mu tolong aku melihat dari perspektif Engkau saja.

Sangat tepat waktu dibilang 'waktunya belum tepat'. Karena memang aku juga menyadari kondisiku yang sebenarnya sama kosongnya dengan orang ini. Kayanya sih agak aneh aja kalo orang kosong mencari tempat pertolongan dengan orang yang juga kosong. Aku juga masih harus dipersiapkan dulu tapi yah cara dipersiapkannya itu yang harus banyak banyak long-suffering.

Nunggu waktunya Tuhan aja lah sambil terus didoakan. Sekalipun keliahatannya mustahil. Yah mungkin yang ku butuhkan sekarang ini adalah iman. Semua akan indah pada waktunya. Kalo kata Kak Fifi itu ketika mendoakan seseorang akan ada aja tuh info info yang datang sendirinya ke kita. Bagian kita yah mau setia doain atau engga.

.
.
.
.
.

Bersiaplah Manusia.

Akan ada saatnya semua mimpi indah enyah begitu saja.
Akan ada saatnya semua kenyamanan enyah begitu saja.

Akan ada saatnya kita diminta pergi.
Akan ada saatnya kita diminta tinggal.

Akan ada saatnya manis jadi pahit.
Akan ada saatnya mekar jadi layu.

Akan ada saatnya tawa jadi tangis.
Akan ada saatnya ramai jadi sepi.

Akan ada saatnya melepaskan.
Akan ada saatnya merindukan.

Akan ada saatnya kegelapan menyelimuti.
Akan ada saatnya keheningan menemani.

Akan ada saatnya terbelenggu
Akan ada saatnya terhilang.

Akan ada saatnya perkataan jadi pisau.
Akan ada saatnya sikap jadi bumerang.

Akan ada saatnya manusia memakan manusia.
Akan ada saatnya Sang Khalik bukanlah Sang Khalik.

Sebuah khayalan gila.
Sebuah diksi tak terkatakan.
Antara gelapnya dosa, dan kehendak Allah jadi satu.

Kamis, 10 Desember 2015

Sebuah Jawaban - Dari Memberi Jawaban Hingga Meminta Jawaban

Udah gitu aja? Untuk jawaban sesederhana ini aku harus merasakan hal ini semua berbulan-bulan? Seriously? :"(

Oke, gua emang lagi doain seseorang untuk beberapa bulan ini. Hanya karena gua merasa hal yang sangat aneh dengan orang yang satu ini. Banyak hal keanehan yang dinyatakan Tuhan ke gua dari sikap, omongan, tempramen, sama gaya hidup dia. Aneh yang cenderung kasihan.

Dia terlalu banyak ketawa. Tidak suka terlihat lemah, cengeng, berharap dirinya seorang lelaki. Becandaannya selalu main fisik. Secara bertahap aku mengerti ada yang salah sama orang ini dan akhirnya aku putuskan untuk doain dia.

Pelan-pelan terbuka. Dari bulan ke bulan perasaan aneh ku terkonfirmasi. Mulai dari seorang teman yang bilang, orangnya sendiri yang ngomong, sampai stalk social medianya dia yah yang walaupun sebenernya tujuan awalnya bukan untuk stalk kehidupan pribadi dia.

Dari itu semua, ternyata terkonfirmasi dia punya luka yang dalam. Itu semua jadi akar pahit yang sampai sekarang membekas. Akar pahit dengan keluarga.

Gua rasa luka masa lalu dia sangat memengaruhi kehidupannya sekarang. Dia menyembunyikan banyak hal ternyata. Tapi dia berusaha untuk memikul sendirian, bersikap seolah-olah tidak tidak ada yang salah, ketawa-tawa terus di hadapan orang.

Tadinya sih lagi saat teduh (sebelum buka socail media dia). Trus dapet ini



Ga ada perasaan khusus sih. Sampai tiba-tiba iseng pengen cek twitter dia karena ada suatu status dia di Line-nya dia. And the truth is revealed. Well beberapa hari sebelumnya gua menemukan hal yang bikin gua kaget di facebooknya dia. Sebegitu pahit ternyata.

Well, yah aku sadar dan berdoa (dan nangis haha) ternyata Tuhan "menanam" akar pahit di dalam ku hanya supaya aku bisa berempati sama kondisi dia.

Pertanyaanku adalah kenapa aku bisa tau sejak awal kalo ada yang salah dari dia? Kenapa aku waktu itu memutuskan untuk doain dia? Dan terakhir, kenapa hanya untuk memahami kepahitannya dia, Engkau "menanamkan" akar pahit di dalam ku?

Bahkan yang rusak adalah relasiku dengan Engkau juga dengan sesama! Oh Lord.. Why do you have to do this to me?? Apakah benar-benar diriku yang ingin Engkau pakai untuk membawa dia kepada-Mu? Sejujurnya aku rasa agak mustahil. Akar pahit bukanlah hal yang mudah untuk diatasi. Ditambah diriku yang baru pulih setelah tahu maksud-Mu. Ditambah lagi untuk memperbaiki semua relasiku dengan sesama yang hancur?

*Pas lagi mau download foto diatas untuk diupload di blog ini udah jam 2-an which is bahan satenya udah ganti. Dan gua lihat gambar ini. Yaudah lah yah sate lagi toh udah beda hari wkwk*




"Saya membayangkan adakah di antara kita yang mempercayai Tuhan kita untuk mau melakukan hal-hal yang tidak akan pernah kita lakukan sendiri atau yang membuat kita takut... Yesus memerintahkan agar kita percaya kepada-Nya sedemikian rupa sehingga kita rela melakukan hal-hal yang mungkin sulit bagi kita, tetapi yang akan memperluas kerajaan-Nya. Kita mau untuk berkata, “Sebab kepada-Mulah aku percaya! Beritahukanlah aku jalan yang harus kutempuh, sebab kepada-Mulah kuangkat jiwaku” (Mzm 143:8)"
"Saya percaya kelak kita pun akan mendengar ucapan, “Baik sekali,” karena kita telah mempercayai Tuhan kita untuk melangkah saat Dia berkata, “Pergilah!”

WHY ME??? I'M NOT READY FOR THIS TASK :" Udah gitu kenapa harus Mazmurnya Daud sih? :")
Astaga sekalinya ambil Sabbath dikasihnya kaya gini :"""""



I, the Lord of sea and sky,
I have heard My people cry.
All who dwell in dark and sin,
My hand will save.
I who made the stars of night,
I will make their darkness bright.
Who will bear My light to them?
Whom shall I send?


I, the Lord of snow and rain,
I have borne my people's pain.
I have wept for love of them, They turn away.
I will break their hearts of stone,
Give them hearts for love alone.
I will speak My word to them
Whom shall I send?


I, the Lord of wind and flame
I will tend the poor and lame.
I will set a feast for them,
My hand will save
Finest bread I will provide,
Till their hearts be satisfied.
I will give My life to them,
Whom shall I send?


Here I am Lord, Is it I, Lord?
I have heard You calling in the night.
I will go Lord, if You lead me.
I will hold Your people in my heart.


Ya, Allah. Engkau pernah mengubahkan hati seorang dokter yang menyangkal Engkau menjadi seorang percaya. Engkau pernah mengubahkan hati seorang Muslim yang taat menjadi seorang percaya. Engkau pernah membangkitkan orang mati. Terlebih, Engkau pernah mengubahkan diriku sama seperti ketika aku belum mengenal Engkau dan kini mengenal Engkau. Maka, aku beriman dia dapat diubahkan oleh-Mu sekalipun risikonya sangat besar.

Mar, you have taken it for so long. I pray so that you find Jesus, The True Healer.
Amen.

A Year of Demolition

It started from March I guess. Well, how do I have to deal with it? Calm down and relax. It may takes a long period, perhaps. Maybe, I haven't seen the end of this journey.

Do I still have to take this cross? I just feel that I don't deserve to bear this anymore besides traumatic experiences which happened in the past.

Community is not the answer.
Uhhmm for now

Once again, wait what... Did I pray 'break me down to look You up'?

Jumat, 04 Desember 2015

Hopeless and Helpless

Roma 7:15, 17-19 (TB)  Sebab apa yang aku perbuat, aku tidak tahu. Karena bukan apa yang aku kehendaki yang aku perbuat, tetapi apa yang aku benci, itulah yang aku perbuat.
Kalau demikian bukan aku lagi yang memperbuatnya, tetapi dosa yang ada di dalam aku.
Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak memang ada di dalam aku, tetapi bukan hal berbuat apa yang baik.
Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat.