Sahabat Kecil by Gita Tunggal Crescendo Singers League

Sabtu, 26 Desember 2015

Shalom Aleichem

"Peace be upon you". It's how Hebrew's people greet each others. Then, they will reply you back "Aleichem Shalom" means "upon you be peace."

For Muslims, it becomes As-Salamu alaykum and the reply is Wa-Alaikum as-Salaam. There are no differences at all between both of them. The meaning still remains, though.

.
.
.

Well, have you ever considered how expensive it is?

When I look into the past, many things showed up in front of my eyes that conflicts happened more often than peace. Just take a look at myself. How bad were things going on, huh? Hatred and bitterness filled my heart. Then, it affected an enormous demolition. For the first time since I had accepted Jesus as my Savior. I kinda feel like a dumb. I have not felt like being chained for months before.

I don't know why for recent days I feel like He's talking about peace and love continuously.

Based on Emotionally Healthy Spirituality, "Menerima Konflik - Jalan Menuju Damai yang Sejati. Anda tidak bisa memiliki damai sejati dari kerajaan Kristus bersamaan dengan kebohongan dan kepura-puraan. Semua itu harus dibuka dalam terang dan diganti dengan kebenaran. Ini adalah tindakan yang dewasa dan kasih. ... panggilan untuk menjadi pembawa damai yang sejati dengan pernyataan bahwa penganiayaan akan menimpa setiap kita yang mengikuti jalan-Nya ini."

Yesterday, He talked through quiet time that "May you know the peace of Christmas every day of the year"

On the same day, I watched a TV program and found myself being astonished. Besides love and peaces are shouted over and over again, two of some person that I hate were mentioned. What a surprise! A reconciliation, perhaps?

I received an email from LilinKecil as a Christmas greetings. Again, it is written "Mari kita menjadi pembawa cinta kasih, damai, dan terang bagi dunia. Semoga kehidupan kita dan keluarga selalu dipenuhi cinta dan damai."

On 24 December, I served as a pianist as well. Everything was going well until the drama began. Not much different with Perkantas had done before. It was only about peace and love which given for the world full of anger, grudge, disappointment.

Then, I'm asking right now. How to be a piece maker when I'm not filled with peace and love enough? The first step comes from yourself, right?

.
.
.

There is a Hymn song about this. The title is "Make Me a Channel of Your Peace".

(1)
Make me a channel of Your peace,
Where there is hatred, let me bring Your love,
Where there is injury, Your pardon Lord,
And where there's doubt, true faith in You.

Reff:
Oh Master, grant that I may never seek,
So much to be consoled as to console,
To be understand, as to understand,
To be loved, as to love with all my soul.

(2)
Make me a channel of your peace,
Where's there's despair in life let me bring hope,
Where there is darkness - only light,
And where there's sadness, ever joy

(3)
Make me a channel of your peace,
It is in pardoning that we are pardoned,
In giving to all men that we receive,
And in dying that we're born to eternal life.

Watch this: https://www.youtube.com/watch?v=2svZhZT6Pro
Sung by Dragon School Oxford and it is so touching.

I know this song from my dad. I fell in love instantly with this song at the first hear! Then, I was so curious about this song. Then, I found that this song is inspired from The Prayer of Saint Francis.


Beautiful.

.
.
.

Hari ini (26 Desember), benar-benar kaget. Ada perasaan ga enak entah dari mana. Dan entah kenapa pengen buka twitter dan buka akun orang itu. Dan, ternyata benar aja feeling aneh ini terkonfirmasi. Masih pahit ternyata ya?

Rasanya menyakitkan ketika tahu ada orang yang merasakan kepahitan ketika diri sendiri mengalaminya.

Harapanku masih ada.
"Semakin terang dan murni terang supernatural ilahi, semakin gelap pengalaman jiwa kita"

Ketika disini kita mungkin merasa baik-baik aja. Bisa saja entah siapapun itu di waktu yang sama justru mengalami kejadian yang membuat luka. Satu sisi bersyukur karena masih ada sukacita. Di sisi lain, mengajarkanku untuk tidak lupa mendoakan mereka yang tidak seberuntung aku sekarang sekalipun aku tidak mengenal mereka sama sekali.


Selamat Natal, Dunia
Hevenu Shalom Aleichem.

Rabu, 23 Desember 2015

And It's Time to Take .....

"Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah!" (Mazmur 46: 10)

Kembali melanjutkan Emotionally Healthy Spirituality sebagai waktu Ibadah Harian atau Pause and Pondering atau ya itu lah namanya. Setelah ini merupakan campuran antara isi dari buku tersebut dengan renungan pribadi.


DIAMLAH

Tak kusangka untuk berdiam diri saja, kita sampai harus diperintah oleh Allah. Mungkin memang natur keberdosaan manusia yang ga bisa diam. Yah Allah memang merancangkan waktu untuk berdiam diri bagi manusia supaya manusia tidak tergerus oleh banyaknya aktivitas. Tuntutan pelayanan, studi, dan aktivitas lainnya bisa membunuh kita perlahan-lahan. Badai semakin bergelora dan kita tidak menggenggam tali yang kokoh padahal kita punya.

Satu hari dari tujuh hari penciptaan merupakan waktu istirahat.
Satu perintah dari 10 perintah Allah berbunyi
"Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat: enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anak laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu. Sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan menguduskannya."

Panjang? Banget. Dan ini merupakan perintah terpanjang dari antara perintah lainnya. Dalam sudut pandang hukum, semakin detail pengaturan sebuah peraturan perundang-undangan, semakin meminimalisir kemungkinan adanya multitafsir, dan semakin menandakan bagusnya kualitas peraturan perundang-undangan.

Sederhananya, sebuah waktu untuk beristirahat (dalam EHS disebutkan Ibadah Harian dan Sabat) adalah sangat penting. Ibadah harian merupakan waktu berdiam diri sejenak dalam sehari untuk menikmati Allah, sedangkan Sabat merupakan membuat satu hari sebagai hari kudus bagi Allah. Keduanya memiliki unsur berhenti, berfokus, berdiam.

Justru ketika kita tidak mendisiplinkan diri untuk berdiam, kita akan semakin tergerus. Dan ini butuh disiplin diri yang ekstra karena tuntutan zaman sekarang sangat memaksa seseorang tetap produktif 24 jam (yang bener aje).

Mari ingat kejadian ke belakang secara kronologis:
- Trauma dan kepahitan berkepanjangan (luka yang tidak sembuh membuat kita terbuka terhadap kebiasaan berdosa melawan Tuhan dan sesama - EHS)
- Pelayanan, relasi, dan studi kacau balau
- Di pause dari pelayanan
- Somehow, hati digelisahkan untuk diam
- Di 28 agak sedikit terkendala komunikasi, secara khusus retreat yang diundur -_-
- Merasa "dijauhkan" dengan teman yang gua doakan karena mudik dan susah jaringan jadi susah komunikasi
- Bokap balik dan mintanya jalan-jalan terus
- Baca buku EHS (menghayati berdiam diri)
- Saat teduh dapetnya ginian:


Konfirmasi: Allah minta gua istirahat. Menikmati persekutuan pribadi, hanya Samuel dengan Allah.

Hahahahah with pleasure :) Sure I will take Sabbath during this holiday.
Fokusnya, berdiam bersama Allah, merenungi bagaimana Dia menyertai, dan menyerahkan segala kendali hidup pada-Nya.

Dan di dalam waktu berdiam ini sangat rindu untuk mengetahui bahwa Dialah Allah. Sudah sekian lama menjerit meminta ketenangan dan kedamaian.

AND IT'S TIME TO TAKE SABBATH!

Sabtu, 12 Desember 2015

Hula Hula Hula

Well, kalau memang harus masih lanjut dihancurkan aku telah siap kok. Hanya kalau boleh memohon anugerahkan juga aku hati yang siap menjalani hal ini. Kalau memang masih harus pahit lagi, silakan Tuhan. Kalo memang tiba tiba traumanya balik lagi, silakan Tuhan. Asalkan dia pulih. Kalaupun ternyata bukan ini tujuan-Mu tolong aku melihat dari perspektif Engkau saja.

Sangat tepat waktu dibilang 'waktunya belum tepat'. Karena memang aku juga menyadari kondisiku yang sebenarnya sama kosongnya dengan orang ini. Kayanya sih agak aneh aja kalo orang kosong mencari tempat pertolongan dengan orang yang juga kosong. Aku juga masih harus dipersiapkan dulu tapi yah cara dipersiapkannya itu yang harus banyak banyak long-suffering.

Nunggu waktunya Tuhan aja lah sambil terus didoakan. Sekalipun keliahatannya mustahil. Yah mungkin yang ku butuhkan sekarang ini adalah iman. Semua akan indah pada waktunya. Kalo kata Kak Fifi itu ketika mendoakan seseorang akan ada aja tuh info info yang datang sendirinya ke kita. Bagian kita yah mau setia doain atau engga.

.
.
.
.
.

Bersiaplah Manusia.

Akan ada saatnya semua mimpi indah enyah begitu saja.
Akan ada saatnya semua kenyamanan enyah begitu saja.

Akan ada saatnya kita diminta pergi.
Akan ada saatnya kita diminta tinggal.

Akan ada saatnya manis jadi pahit.
Akan ada saatnya mekar jadi layu.

Akan ada saatnya tawa jadi tangis.
Akan ada saatnya ramai jadi sepi.

Akan ada saatnya melepaskan.
Akan ada saatnya merindukan.

Akan ada saatnya kegelapan menyelimuti.
Akan ada saatnya keheningan menemani.

Akan ada saatnya terbelenggu
Akan ada saatnya terhilang.

Akan ada saatnya perkataan jadi pisau.
Akan ada saatnya sikap jadi bumerang.

Akan ada saatnya manusia memakan manusia.
Akan ada saatnya Sang Khalik bukanlah Sang Khalik.

Sebuah khayalan gila.
Sebuah diksi tak terkatakan.
Antara gelapnya dosa, dan kehendak Allah jadi satu.

Kamis, 10 Desember 2015

Sebuah Jawaban - Dari Memberi Jawaban Hingga Meminta Jawaban

Udah gitu aja? Untuk jawaban sesederhana ini aku harus merasakan hal ini semua berbulan-bulan? Seriously? :"(

Oke, gua emang lagi doain seseorang untuk beberapa bulan ini. Hanya karena gua merasa hal yang sangat aneh dengan orang yang satu ini. Banyak hal keanehan yang dinyatakan Tuhan ke gua dari sikap, omongan, tempramen, sama gaya hidup dia. Aneh yang cenderung kasihan.

Dia terlalu banyak ketawa. Tidak suka terlihat lemah, cengeng, berharap dirinya seorang lelaki. Becandaannya selalu main fisik. Secara bertahap aku mengerti ada yang salah sama orang ini dan akhirnya aku putuskan untuk doain dia.

Pelan-pelan terbuka. Dari bulan ke bulan perasaan aneh ku terkonfirmasi. Mulai dari seorang teman yang bilang, orangnya sendiri yang ngomong, sampai stalk social medianya dia yah yang walaupun sebenernya tujuan awalnya bukan untuk stalk kehidupan pribadi dia.

Dari itu semua, ternyata terkonfirmasi dia punya luka yang dalam. Itu semua jadi akar pahit yang sampai sekarang membekas. Akar pahit dengan keluarga.

Gua rasa luka masa lalu dia sangat memengaruhi kehidupannya sekarang. Dia menyembunyikan banyak hal ternyata. Tapi dia berusaha untuk memikul sendirian, bersikap seolah-olah tidak tidak ada yang salah, ketawa-tawa terus di hadapan orang.

Tadinya sih lagi saat teduh (sebelum buka socail media dia). Trus dapet ini



Ga ada perasaan khusus sih. Sampai tiba-tiba iseng pengen cek twitter dia karena ada suatu status dia di Line-nya dia. And the truth is revealed. Well beberapa hari sebelumnya gua menemukan hal yang bikin gua kaget di facebooknya dia. Sebegitu pahit ternyata.

Well, yah aku sadar dan berdoa (dan nangis haha) ternyata Tuhan "menanam" akar pahit di dalam ku hanya supaya aku bisa berempati sama kondisi dia.

Pertanyaanku adalah kenapa aku bisa tau sejak awal kalo ada yang salah dari dia? Kenapa aku waktu itu memutuskan untuk doain dia? Dan terakhir, kenapa hanya untuk memahami kepahitannya dia, Engkau "menanamkan" akar pahit di dalam ku?

Bahkan yang rusak adalah relasiku dengan Engkau juga dengan sesama! Oh Lord.. Why do you have to do this to me?? Apakah benar-benar diriku yang ingin Engkau pakai untuk membawa dia kepada-Mu? Sejujurnya aku rasa agak mustahil. Akar pahit bukanlah hal yang mudah untuk diatasi. Ditambah diriku yang baru pulih setelah tahu maksud-Mu. Ditambah lagi untuk memperbaiki semua relasiku dengan sesama yang hancur?

*Pas lagi mau download foto diatas untuk diupload di blog ini udah jam 2-an which is bahan satenya udah ganti. Dan gua lihat gambar ini. Yaudah lah yah sate lagi toh udah beda hari wkwk*




"Saya membayangkan adakah di antara kita yang mempercayai Tuhan kita untuk mau melakukan hal-hal yang tidak akan pernah kita lakukan sendiri atau yang membuat kita takut... Yesus memerintahkan agar kita percaya kepada-Nya sedemikian rupa sehingga kita rela melakukan hal-hal yang mungkin sulit bagi kita, tetapi yang akan memperluas kerajaan-Nya. Kita mau untuk berkata, “Sebab kepada-Mulah aku percaya! Beritahukanlah aku jalan yang harus kutempuh, sebab kepada-Mulah kuangkat jiwaku” (Mzm 143:8)"
"Saya percaya kelak kita pun akan mendengar ucapan, “Baik sekali,” karena kita telah mempercayai Tuhan kita untuk melangkah saat Dia berkata, “Pergilah!”

WHY ME??? I'M NOT READY FOR THIS TASK :" Udah gitu kenapa harus Mazmurnya Daud sih? :")
Astaga sekalinya ambil Sabbath dikasihnya kaya gini :"""""



I, the Lord of sea and sky,
I have heard My people cry.
All who dwell in dark and sin,
My hand will save.
I who made the stars of night,
I will make their darkness bright.
Who will bear My light to them?
Whom shall I send?


I, the Lord of snow and rain,
I have borne my people's pain.
I have wept for love of them, They turn away.
I will break their hearts of stone,
Give them hearts for love alone.
I will speak My word to them
Whom shall I send?


I, the Lord of wind and flame
I will tend the poor and lame.
I will set a feast for them,
My hand will save
Finest bread I will provide,
Till their hearts be satisfied.
I will give My life to them,
Whom shall I send?


Here I am Lord, Is it I, Lord?
I have heard You calling in the night.
I will go Lord, if You lead me.
I will hold Your people in my heart.


Ya, Allah. Engkau pernah mengubahkan hati seorang dokter yang menyangkal Engkau menjadi seorang percaya. Engkau pernah mengubahkan hati seorang Muslim yang taat menjadi seorang percaya. Engkau pernah membangkitkan orang mati. Terlebih, Engkau pernah mengubahkan diriku sama seperti ketika aku belum mengenal Engkau dan kini mengenal Engkau. Maka, aku beriman dia dapat diubahkan oleh-Mu sekalipun risikonya sangat besar.

Mar, you have taken it for so long. I pray so that you find Jesus, The True Healer.
Amen.

A Year of Demolition

It started from March I guess. Well, how do I have to deal with it? Calm down and relax. It may takes a long period, perhaps. Maybe, I haven't seen the end of this journey.

Do I still have to take this cross? I just feel that I don't deserve to bear this anymore besides traumatic experiences which happened in the past.

Community is not the answer.
Uhhmm for now

Once again, wait what... Did I pray 'break me down to look You up'?

Jumat, 04 Desember 2015

Hopeless and Helpless

Roma 7:15, 17-19 (TB)  Sebab apa yang aku perbuat, aku tidak tahu. Karena bukan apa yang aku kehendaki yang aku perbuat, tetapi apa yang aku benci, itulah yang aku perbuat.
Kalau demikian bukan aku lagi yang memperbuatnya, tetapi dosa yang ada di dalam aku.
Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak memang ada di dalam aku, tetapi bukan hal berbuat apa yang baik.
Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat.

Sabtu, 14 November 2015

Meet up, huh?

Hello we met again!
It seems like you realized that I was the person you've tricked before. Why did you avoid me? Sure, you knew certainly I was watching over you. So, you are still alive, then.

Unfortunately I had no chance to stop your motion. You were with your gang so it was a little bit hard to force you. Come on! How many persons that you have tricked before? Smile, laughter, being friendly with everyone... Just to get their money without feeling any guilty? And after you guys seemed satisfied with your job, you took your cigarette and smoked in front of my eyes?

Paris was attacked yesterday. Terrorism still exists. Evil everywhere.

What on earth is going on here? Is there anyone with a pure heart left?

Rest In Piece, world.

Jumat, 13 November 2015

Explanation

Slam the door. Boom!!

You know, right? Whenever you eat instant noodle you are not going to have cancer in a few days, but it may takes hundred years. (Oke, lebay). It looks like everything kinda useless. No matter how much effort that I've ever tried. In the end, I fell down. This time I couldn't handle it gently.

Actually, I hold grudges. And I'm waiting for paying everything back to them. At once.

There will be no love
There will be no forgiveness
There will be no trust

Well, someone says that the worst experience do you have is the closest one do you connect with. Maybe, I had not felt ready yet at that time. But still they took me into a deep fall.

Knowing that you were so fool to trust them as their bestfriend (they did first) after said something sweet to be heard is the most annoying thing at the moment. Later on, it changed rapidly. However, don't ever say that I have no effort to fix it. One of them was useless and another one ended without any forgiveness. The truth had spoken to me (something that was only me knowing what had really happened behind so that made me really hard to trust them again). In short, I didn't know if I was being loved by another or not, reconciliation was no need in forgiveness, and no share needed inside community.

Additionally, I really want to make them feel the fear of being killed by someone and being haunted by 'something'. IYKWIM. How come do you feel secure when you have traumatic experience in the past? Furthermore, while I was trying to get up from that, one of them got angry at me. Hey come on! You said that it was a serious problem but you were getting mad with me? At that time, I really really wanted to punch him right on his face.

Another story. Last week, somebody asked me to donate some money for leukemia patient under *** Human Care's supervision. I didn't think twice before giving some money to him. Moreover, he showed me a little book to convince me that was a real institution. Unfortunately, I was being hoodwinked. Disappointed (again). There are many people who suffer real leukemia outside! But you utilized my compassion for your own wealth, huh!?













HOW DARE YOOOUUUUUUU!!!!!!!!!!! :"""""""""""""""""




This is the deepest disappointment of trusting someone.



Talking about Strong community? Nonsense. It's more like a gibberish issue than a vision.
Whatever they may say about love, forgiveness, trust, health relationship, fellowship, and community, I will never believe it. No integrity.

Sabtu, 10 Oktober 2015

Breaking The Silence

KOLOSE 3: 1-14
3:1 Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah.
3:2 Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi.
3:3 Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah.
3:4 Apabila Kristus, yang adalah hidup kita, menyatakan diri kelak, kamupun akan menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan.
3:5 Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala,
3:6 semuanya itu mendatangkan murka Allah (atas orang-orang durhaka).
3:7 Dahulu kamu juga melakukan hal-hal itu ketika kamu hidup di dalamnya.
3:8 Tetapi sekarang, buanglah semuanya ini, yaitu marah, geram, kejahatan, fitnah dan kata-kata kotor yang keluar dari mulutmu.
3:9 Jangan lagi kamu saling mendustai, karena kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya,
3:10 dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya;
3:11 dalam hal ini tiada lagi orang Yunani atau orang Yahudi, orang bersunat atau orang tak bersunat, orang Barbar atau orang Skit, budak atau orang merdeka, tetapi Kristus adalah semua dan di dalam segala sesuatu.
3:12 Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran.
3:13 Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian.
3:14 Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan.

Makasih loh Tuhan.. Semua Engkau sebutkan.. Firman yang sempurna..
Aku memang sedang tidak mencari "perkara di atas". Dan aku menolak untuk mati bagi-Mu..
Lebih memilih "percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, penyembahan berhala, marah, geram, kejahatan, kata-kata kotor, dusta, dan dendam."

Dan juga lagi bertanya-tanya kenapa aku yang dipilih, Tuhan? Aku udah begitu busuk. Dan malah bertanya kebaikan apa yang telah ku lakukan sehingga Engkau memilihku. Anugerah menjadi kabur. Lupa bahwa ada kasih yang melampaui segala akal.

Dan sekarang Engkau memintaku mengenakan "belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan, kesabaran, ... mengampuni, ... kasih, sebagai pengikat yang mempesatukan dan menyempurnakan."

Apakah aku mengasihi Allah dengan segenap hatiku karena Dia lebih dahulu mengasihiku?Manakah yang lebih kuat, keinginanku untuk meraih harta duniawi atau harta rohaniku di dalam Kristus? (Kol. 3:1). Dia rindu damai sejahtera-Nya menguasai hati kita.
Apakah aku mengasihi Allah dengan segenap jiwaku? Apakah aku mendengarkan perkataan Allah tentang identitasku? Apakah aku menjauhi nafsu untuk memuaskan diri? (ay.5). Apakah aku lebih berbelaskasihan, murah hati, rendah hati, lemah lembut, dan sabar? (ay.12).
Apakah aku mengasihi Allah dengan segenap akal budiku? Apakah aku memusatkan perhatian pada hubunganku dengan Yesus, Anak-Nya, atau membiarkan pikiranku berkelana? (ay.2). Apakah pikiranku membawaku pada masalah atau solusi? Persatuan atau perpecahan? Pengampunan atau pembalasan dendam? (ay.13).
Huft :")

Ketika selama ini aku merasa Allah diam, pada saat ini aku merasa Allah yang memecah keheningan ini. Dan keheninganku dalam tulisan ini, karena hal mengecewakan di masa lalu, berakhir. Aku ternyata sangat butuh pause and pondering ini. Butuh menaruh batu-batu kecil untuk membangun sebuah monumen spiritual dengan Allah.

Depok
Minggu, 11 Oktober 2015
Ditulis dengan hati yang teriris-iris

Selasa, 08 September 2015

Untuk Anda



Teruntuk anda yang membaca blog ini.

Ini merupakan sebuah tulisan dari penulis kepada Anda sekalian. Kali ini saya akan menyampaikan hal-hal yang perlu diperhatikan.

Pada dasarnya blog ini adalah sebuah ruang dan wadah spiritualitas saya pribadi dengan Tuhan. Maka dari itu, tulisan-tulisan yang pernah saya buat dalam blog ini merupakan sebuah kejujuran. Karena tidak ada yang tersembunyi di hadapan Tuhan, maka tidak ada gunanya untuk menutupi segala sesuatu di hadapan Tuhan. Meskipun dengan tetap menjaga nama-nama pihak yang terkait dalam setiap tulisan ini.

Blog ini saya buat untuk membangun sebuah "batu monumental" kepada Tuhan. Saya menulis karena saya ingin melihat perjalanan saya dengan Tuhan selama saya masih hidup. Tentunya ada banyak hal yang terjadi dalam hidup pribadi seseorang. Maka, saya tidak ingin melewatkan peristiwa yang saya anggap krusial dengan tidak menulis pengalaman saya di blog ini. Fungsinya adalah ketika saya dibawa dalam sebuah perjalanan bersama Tuhan, maka saya dapat melihat karya-karya Allah di masa lalu. Ini bisa menjadi kekuatan spiritual pribadi dengan Allah.

Kedua hal tersebut saya maksudkan sebagai suatu hal yang bersifat rahasia. Namun seiring berjalannya waktu, blog yang bersifat pribadi ini mulai tersebar. Saya memperhatikan bahwa jumlah viewers dalam blog saya menjadi bertambah. Memang saya juga memiliki andil dalam terpublikasinya blog ini dengan mencantumkan alamat blog ini dalam social media saya. Hal ini karena awalnya saya sempat berpikir selama tulisan ini dapat menjadi berkat dan Tuhan semakin dimuliakan oleh yang lain maka tidak masalah jika orang lain turut membaca.

Hanya saja dalam dua kali kesempatan, akhirnya saya mengetahui ternyata blog ini disebarluaskan oleh seseorang yang bahkan saya tidak tahu siapa yang menyebarluaskannya. Hal ini tentu menyebabkan kecurigaan kepada orang-orang tertentu. Mengapa hal yang sifatnya rahasia dan pribadi harus disebarluaskan? Apa pertimbangannya? Kondisi seperti apa yang membuat blog ini harus disebarluaskan? Adakah suatu urgensi di dalamnya? Kekecawaan saya tidak dapat ditahan lagi.

Selanjutnya, ada juga hal yang saya ingin Anda ketahui.

Masih ingat dengan rencana pembunuhan yang saya buat sebelumnya? Saya akan beritahu sesuatu di sini. Tapi, saya sangat memohon untuk tidak menyebarluaskannya. Ini merupakan kepercayaan terakhir yang saya tulis dalam blog ini. Dalam waktu 7x24 jam, saya akan menghapus blog ini.

Sesungguhnya, Anda sedang saya jebak dalam jeratan hukum. Mengapa?

Ketika saya sempat ingin membunuh beberapa orang, saya sempat berpikir cara lain supaya orang lain tetap bisa merasakan dendam saya. Tapi tetap harus ada nyawa yang melayang. Caranya adalah dengan cukup membunuh satu orang saja dari sekian banyak orang yang saya benci, mengakui bahwa saya merencanakan sendiri pembunuhan itu (Pasal 340 KUHP Pembunuhan Berencana) dan menyatakan bahwa ada orang-orang yang mengetahui rencana pembunuhan saya tapi tidak melakukan sebuah pencegahan sebagai sebuah kelalaian (culpa). Tindak pidana tidak hanya sebuah tindakan aktif, melainkan juga mencakup tindakan pasif. Dengan kata lain, Anda secara pasif terlibat dalam pembunuhan ini karena telah mengetahui rencana ini. Maka, Anda akan terjerat dalam sanksi pidana. Inilah jebakan yang saya buat supaya Anda ikut terlibat dalam persidangan nanti.

Ironis bukan? Seseorang yang katanya punya visi untuk membangun bangsa melalui bidang hukum justru menyalahgunakan hukum itu sendiri.

Sudah dapat membayangkan besarnya tumpukan kepahitan yang saya rasakan? Sudah dapat melihat betapa busuk dan kejamnya saya?? Anda boleh kecewa. Anda boleh sedih. Anda boleh marah. Anda boleh juga membalas apa yang saya perbuat kepada Anda. Itu hak Anda.

Hanya saja, Allah membuat rencana ini gagal. Ya tentu saja dengan cara-Nya sendiri, Dia melembutkan saya, meskipun sampai sekarang kepahitan ini belum terselesaikan. Saat ini, saya sedang mencoba untuk terus mendengar suara-Nya, mencoba tetap berserah, dan memohon kekuatan untuk dapat mengampuni dan mengasihi.

Sebenarnya saya ingin menyampaikan hal ini kepada Anda sekalian secara langsung. Akan tetapi, saya tidak mengetahui semua identitas yang terus-menerus melihat blog ini. Maka dari itu, saya hanya bisa menyampaikan kepada Anda melalui pesan tertulis ini.

Terima kasih.
Samuel Ivander Aritonang

Sabtu, 29 Agustus 2015

Masquerade


"Ladies and gentlemen!!"
As the host starts the magnificent masterpiece!

Sangat layak jika sambutan itu berada dalam sebuah opera. Perpaduan anggunnya sebuah tarian, elegannya kostum panggung, harmoninya sebuah orkestra, dan megahnya sebuah alur cerita. "Phantom of The Opera" adalah sebuah karya yang mengagumkan. Bersyukur pernah menyanyikan salah satu lagu dari opera tersebut yang berjudul "Masquerade". Yah walaupun ga ada apa-apanya jika dibandingkan yang asli.


TAK SELALU INDAH


Masquerade
Paper faces on parade
Masquerade
Hide your face so the world will never find you

Sepenggal lirik dari lagu tersebut yang mewakili kekuatan magis dari sebuah 'masquerade'. Masih diiringi harmoni orkestra, para pemain menyanyikannya dengan teknik vokal kelas dunia serta dibumbu aroma romansa, pertikaian, dan tragedi khas sebuah opera. Sungguh mengagumkan! Sebuah mahakarya terakbar yang pernah dibuat.

Namun, mungkinkah indahnya sebuah 'masquerade' menyimpan kisah lain dibaliknya? Inilah kisah di belakang layar.

Adolf Eichmann dijuluki sebagai "The Bureaucrat Killer" oleh sebuah situs www.holocaustresearchproject.org yang mencatat kisah-kisah kelam sebuah pembantaian rasial massal yang menjadi aib dari peradaban manusia, holocaust. Bersama dengan Nazi, dia menjadi oknum yang bertanggung jawab atas melayangnya nyawa ribuan orang. Bagaikan binatang, manusia pun diperlakukan seperti itu. Hmm mungkin lebih rendah dari itu.

Namun, beberapa orang yang jadi korban holocaust ternyata merupakan keluarga dari Peter Malkin. Tentu ada kepahitan dalam kedalaman hati Malkin. Sepertinya, ini yang menjadi alasan Malkin untuk memburu Eichmann, bahkan sampai ke negeri 'Tango' dimana Adolf Eichmann bersembunyi. Tahun 1960, Malkin menjalankan operasi penangkapan Eichmann bersama dengan Mossad Israel.

Tak henti-hentinya Malkin mengawasi gerak-gerik Eichmann dalam persebunyiannya. Melihat Eichmann bermain bersama seorang anak laki-laki kecil, Malkin menjadi teringat dengan keponakannya yang berusia 6 tahun, Peter, yang menjadi korban kekejian Nazi. Sampai suatu hari, Malkin berhasil menangkap Eichmann dalam drama penculikan ke dalam mobil yang sudah dipersiapkan sebelumnya.

Menjelang akhir kematiannya, Eichmann ditanya oleh Malkin mengenai setiap tindak kejahatan yang telah dilakukannya. Mengapa bisa tidak merasa bersalah setelah membantai ribuan nyawa orang? Tak puas dengan itu, ia kembali menanyakan anak kecil yang berada bersamanya di dalam persembunyiannya. Malkin menanyakan tepat pada saat Eichmann merindukan anak kecil yang dimaksud, yaitu putranya sendiri.

"Anak laki-laki, kakak perempuan saya, teman main kesayangan saya, dia seumur anak laki-lakimu.. juga pirang dan bermata biru, sama seperti anakmu. Dan, kau membunuhnya?"

"Tapi, keponakanmu orang Yahudi, kan?"

...

Sebuah fakta sejarah yang diangkat oleh Ravi Zacharias dalam bukunya Cries of The Heart untuk menggambarkan betapa mengerikannya nyawa manusia yang diremehkan. Mungkin, kalau aku ada di posisi Malkin, aku akan dengan senang hati menjadi eksekutor kematian Eichmann. Bukankah mengejutkan melihat tipikal ayah yang begitu dekat dengan anaknya memiliki kisah kelam yang terus tersebunyi di balik sebuah topeng? Keindahan topeng yang dikenakan Eichmann dinodai oleh darahnya sendiri.

"Hide your face so the world will never find you" dari lagu "Masquerade" mungkin bisa menjadi sebuah theme song yang tepat untuk mengiringi pemakamannya dan lirik tersebut dapat dialamatkan kepada batu nisan Adolf Eichmann. Oh! Sepertinya aku mau mengoreksi tulisanku tadi "...kisah-kisah kelam sebuah pembantaian rasial massal yang menjadi aib dari peradaban manusia..." Kata yang lebih tepat adalah kebiadaban manusia.


APA YANG ADA DI BALIK TOPENG


"Kebencian bertopeng ketenangan itu mengerikan"
Ravi Zacharias - Cries of The Heart

Apakah aku lebih baik dari Adolf Eichmann? Tidak juga. Aku juga memakai topeng yang sama seperti Eichmann. Nafsu membunuh itu sangat nyata. Pengaruh buruk dari lingkungan masa lalu? Atau kepingan kepahitan yang telah menggunung? Keduanya mungkin bisa menjadi benar. Tetapi tetap saja akarnya adalah dosa yang tak akan tertutupi topeng apapun oleh kejelian mata Sang Sutradara.

Menjadi anak durhaka, melarikan diri dari tanggung jawab, dan menjadi pemberontak Allah. Kurang apa lagi? Kalau dibuat suatu daftar target pembunuhan ini ada lima nama lebih yang tercantum di dalamnya. Secara jumlah memang tidak bisa dibandingkan dengan apa yang telah dilakukan oleh Nazi. Tetapi, tetap saja tidak dapat dibandingkan dengan hal itu. Bahkan, aku telah membuat suatu rencana matang untuk mengeksekusinya. Itulah suatu kebenaran ketika apa yang tersembunyi di balik topeng disinari oleh terang Injil. Betapa busuknya diriku!

'Mengasihi' dan 'mengampuni' menjadi terminologi yang tidak ingin aku dengar pada waktu itu. Sebaliknya, 'bunuh' menjadi terminologi yang seolah-olah satu-satunya yang terus-menerus berkumandang di telinga. Pernah dalam suatu waktu aku mempunyai kesempatan untuk membunuh. Suaranya jelas. Pergi dan lakukan.

"BUNUHLAH"

"KASIHILAH"

"BUNUHLAH"

"AMPUNILAH"

"BUNUHLAH"

Suara-suara itu sangat menyiksa. Begitu terus sampai aku sangat tidak tahan. Menahan nafsu bejat yang terus-menerus menggema dalam hati. Membuat semua hal menjadi buram. Tidak jelas. Lalu, siapa yang harus dibunuh? Secara instan daftar nama pembunuhan menjadi satu nama: Samuel Ivander Aritonang.


"TAPI BUKA DULU TOPENGMU"

"Buka dulu topengmu biar ku lihat warnamu"
Peterpan - Topeng

Sebuah single hits dari band Peterpan yang sempat booming pada masa itu dalam album pertama mereka tahun 2003, Taman Langit tiba-tiba saja mengingatkanku. Judulnya sangat mudah untuk diingat. Topeng. Cukup sederhana bukan?

Bukankah ini yang Allah minta? Melepaskan topeng. Memperlihatkan warna kepada Sang Seniman. Warna yang senada dengan seonggok bangkai. Pernah mencium busuknya bangkai? Warna yang sama kentalnya dengan tinja. Pernah mencium aroma kotoran anda sendiri? Warna yang didefinisikan dengan satu kata, menjijikkan! (Aku pun ingin muntah sekarang)

Suatu ketika ketika Raja Daud telah berzinah dengan Batsyeba dan membunuh Uria, Nabi Natan datang dengan perumpamaan orang yang memiliki banyak domba kemudian mencuri satu-satunya domba yang juga jadi kesayangan orang lain itu. "Orang itu sepantasnya mati", dengan yakin Daud mengatakannya. "Engkaulah orang itu", Natan membalas. Cukup dengan tiga kata Natan menghancurkan topeng yang menghalangi pandangan mata Daud. Kebusukan hati yang terungkap kemudian melahirkan doa yang begitu murni. Doa dalam Mazmur 51 terlahir dari peristiwa penghancuran topeng Daud.

Sama seperti Daud, aku pun terkadang tidak bisa melihat betapa busuknya diriku karena topeng yang menghalangi pandanganku. Namun, ada suatu hal yang juga membatasi pandanganku pada hal yang jauh melampaui diriku yang busuk ini. Hal tersebut adalah anugerah pengampunan. Bagaimana mungkin seseorang dapat melihat karya Bapa yang 'membunuh' Sang Anak di bukit tengkorak jika matanya masih terhalangi topeng? Dalam sudut pandang terhalangi topeng, peristiwa tersebut adalah tragedi. Tragedi dalam pengertian bahwa peristiwa luar biasa tersebut menjadi biasa saja. Namun, dalam sudut pandang terlepas dari topeng, peristiwa tersebut adalah sebuah pemulihan. Sebuah pandangan yang jelas melihat karya agung Allah.

Dalam sudut pandang yang tak terhalangi topeng aku melihat bahwa rencana pemubunuhan ini sebenarnya telah memakan korban jiwa di saat bahkan aku tidak jadi mengeksekusinya. Bukan mereka. Bukan diriku. Pribadi yang telah menjadi korban ini adalah Kristus. Dia rela mati demi menggantikan mereka ataupun diriku yang seharusnya mati. "... karena pada mulanya adalah sebuah masalah vertikal sebelum menjadi horisontal. Allah adalah satu-satunya pribadi yang terluka sebelum manusia menyakiti sesamanya."
"Dosa paling terasa berat setelah kita menerima anugerah pengampunan bukan sebelumnya. Pengampunan membuat seorang sadar akan banyaknya dosa ketika dia bertobat dan diampuni. Allah mendengar tangisan hati kita untuk datang kepada-Nya dalam pertobatan. Ini membuat dosa kita diampuni." 
Ravi Zacharias - Cries of The Heart
-SOLI DEO GRACIA- 

















Catatan: aku merasa seperti telah dipersiapkan untuk menikmati Allah melalui buku ini.

Kamis, 27 Agustus 2015

Cross: The Answer of The Shattered World

 Bukan.. bukan mereka yang seharusnya dibunuh, tapi monster ini. 

Hold on. I just have not seen yet the whole reason.


Dalam sebuah bahan di kelompok kecil, sempat menyatakan tidak ada orang yang sulit dikasihi. Aku pun juga bingung kenapa bisa. Dan waktu itu memang tidak sedang berbohong. Yah mungkin memang belum mengalami benturan; setidaknya itu yang sempat terpikirkan.
Sekarang, giliran "dikasih" orang yang sulit dikasihi ga tanggung-tanggung jumlahnya...
Ini menjadi hal yang paling sulit untuk dilakukan..
Kasih


Pada akhirnya harapan dan damai akan disediakan oleh-Nya serta setiap gangguan akan diselesaikan-Nya. Sebuah iman.


Hanya bisa berseru memohon pemulihan.




"TERKADANG SALIB ADALAH SATU-SATUNYA JAWABAN YANG MASUK AKAL DARI DEFINISI TENTANG DUNIA YANG TERLUKA" 

Ravi Zacharias - Cries of The Heart

Senin, 24 Agustus 2015

Good Purposes

"And we know that in all things God works for the good of those who love him, who have been called according to his purpose." (Romans 8: 28)

Thank God for enjoying your word today! Sweet more than honey! Finally, I can enjoy and taste it so much hahahahahah

Well, as the friends of the writer said, it's hard to see the goodness while we are in the middle of trials. We are just an ordinary people. Our flesh and soul will be tired. However, in the end we will see the beautiful garden after passing the garden of tears, as Jesus had done before over two thousands years ago.

I was surprised by the devotional today. Once, there was a young girl named Fanny Crosby whose eyes were blind at the age of 5. It must have been hurt to know reality. Three years later, she started to write poetry and hymns. And the rest is history.

Over 8,000 songs and hymns were created by her! People must be familiar with "Blessed Assurance", "Safe In The Arms of Jesus", and "Pass Me Not O Gentle Savior". I didn't expect before that these hymns were created by a young girl! How close her relation to God at very very young age! Comparing to me,  in the same age I was just playing play station along the day hahahahah

"Unrevealed until it's season, something God alone can see"

At the end of today devotional, the writer writes:
What trials in your life have you found to be for your good?
What good things have come from it?
What are you now suffering that you pray will bring something good?


And now, I pray for everyone who are suffering. Hope they have a perseverance until they understand why God put them into trials.

Free from the blight of sorrow, free from doubts and fears
Only a few more trials, only a few more tears

Safe In The Arms of Jesus, Fanny Crosby (1820-1915)

Cawan yang Mulai Kembali Penuh

Jeritan untuk Merasakan Iman, Cries of The Heart - Ravi Zacharias menjadi bab yang sepertinya seluruh bab ini cuma ngomongin gua. Kena dalam segala sisi. Allah memenuhkan kekosongan, memulihkan sakit hati, dan menemani kesepian. Meskipun belum sepenuhnya, tapi mulai bisa merasakan manisnya Allah :")

Secara ringkas Ravi Zacharias menuliskan pon-poinnya:

Kita harus mendengar Allah berbicara kepada kita melalui Firman-Nya (waktu khusus untuk berdua dengan Allah)

Kita berbicara pada diri kita sendiri tentang apa yang kita tahu adalah kebenaran (kebenaran adalah mutlak, tidak seperti perasaan yang berubah-ubah)

Kita menyuruh emosi kita taat (destroy that monster!).

Kita membangun persahabatan yang tahan lama dan yang akan menguatkan kita waktu kita lemah (isolasi adalah bunuh diri).

Kita menarik kekuatan dari gereja untuk menopang kita (a place of healing)

Kita menikmati suara dan inspirasi musik yang diberikan Allah pada umat-Nya (keharmonisan mahakarya yang menggetarkan jiwa)


"Bawalah perasaan Anda pada salib. Percayakan dalam pemeliharaan-Nya, dan Dia akan menjaganya bagi Anda"

Jika suatu saat Allah menghendaki suatu kehancuran lagi, kiranya bisa lebih dewasa meresponi penghancuran tersebut

I wonder how many people were hurt by my words and my attitude.
Forgive us, Lord.
As you have already forgiven me, let me forgive them, so we can forgive each other.
I pray for everyone who have been hurt to have a healing in their heart.

When I finished this writing, I checked my facebook and found Timothy Keller had posted a status:
"When you forgive, that means you absorb the loss and the debt. You bear it yourself. All forgiveness, then, is costly."

Soli Deo Gracia.

What is this?.

What is this?
Enormous
Creepy
Poignant
Seems like a monster
A monster called bitterness

You know how many plans of murder do I have, don't You?
I also had a lot of chances to kill them all.


Monster yang semakin menggerogoti
Lubang semakin lebar
Menancap dengan kuat
Mengakar sangat dalam




.
.
.


Lord, help!
Release me!
I can not hold anymore!
I'm slaved!
I wanna give up..
I wanna run..

Semakin mendengar 'Sesuatu' itu, semakin mencoba untuk taat
Semakin mencoba untuk taat, semakin menderita
Semakin menderita, semakin habis

Mencoba untuk menutup telinga. Tapi suara-Nya begitu keras.
Mencoba menutup mata. Tapi, cahaya-Nya begitu menyilaukan.
Tapi mengapa sepertinya suara yang begitu keras dan cahaya yang begitu menyilaukan justru membawa ke bara api?

Rasanya seperti itu

Beberapa kali terpikir, jika aku tidak mengenal Allah seperti sekarang ini entah apa jadinya sekarang.
Sepertinya dapat dipastikan aku ada dalam penjara sebagai seorang kriminal.

Sayangnya, tidak ada jalan instan untuk belajar mengasihi.
Sampai detik ini, masih begitu terheran-heran dengan Allah yang tetap mengasihi dan mengampuni di saat yang paling dikasihi-Nya menghancurkan hati-Nya. Termasuk diriku.
Sangat tidak masuk akal.
Inikah kasih yang melampaui segala akal?

Jeritan. Ya, selalu menjerit.
Dalam hening.
Lemah? Entah

Sabtu, 22 Agustus 2015

Rindu Tak Tertahankan

There are three rumah that given by God as a grace. Well, in Bahasa Indonesia, rumah is not well-described enough. However in English, there are two words to describe rumah. First, rumah as a house, means a building to protect family physically. Next, rumah as a home, means the atmosphere of family's presence, a way to go back when everything seems heavy-loaded. It's just the basic difference, anyway.

Missing homes. I'm wondering where The Owner of these homes is.

.
.
.

Beberapa hari ke belakang teringat dalam suatu khotbah dalam persiapan hati KNPS 2015 yang terambil dalam Mazmur 84. Kasih judul khotbahnya sih "Rindu Tak Tertahankan" dari judul perikop "Rindu Kepada Kediaman Allah". Suatu perikop yang aku pikir dapat terpuaskan ketika mengikuti KNPS 2015. Tapi, apa daya. Tak bisa bohong kalau memang tidak terlalu menikmati kamp ini. Entah karena emosi, tekanan, atau memang sedang dibuat kosong oleh Allah. Sambil mengingat firman dan melihat ayat-ayat yang dinikmati.

(2) Betapa disenangi tempat kediaman-Mu; ya TUHAN semesta alam!

(3) Jiwaku hancur karena merindukan pelataran-pelataran TUHAN; hatiku dan dagingku bersorak-sorai kepada Allah yang hidup.

(5) Berbahagialah orang-orang yang diam di rumah-Mu, yang terus-menerus memuji Engkau. S e l a

Inikah rindu yang tak tertahankan yang dimaksud oleh Bani Korah? Kehancuran dan jeritan akan kerinduan menikmati Allah dalam kediaman-Nya. Terus-menerus merintih mencari pribadi Allah. Sangat-sangat rindu menikmati semua kenikmatan yang Allah berikan ketika hanya Allah yang menjadi sumber kepuasan sejati.

Serving and experiencing God authentically, they said. Very brilliant theme!
However, I didn't experience God at all. Is it just me?
Desire him to fill my heart with his presence.

Be still my soul

Jumat, 21 Agustus 2015

Kemana?

Kemana api yang dahulu berkobar?
Kini padam dihembus angin

Kemana surya yang dahulu begitu hangat?
Kini menggigil di tengah malam

Kemana sapu lidi yang dahulu kokoh?
Kini patah karena terpisah

Kemana cawan yang dahulu melimpah?
Kini kering tak berbekas

Kemana embun yang dahulu menyejukkan?
Kini gelisah yang menggerahkan

Kemana tawa yang lepas?
Kini senyum dalam sandiwara

Kemana madu yang dahulu begitu manis?
Kini busuk bagaikan bangkai

Kemana oase di tengah padang gurun?
Kini hanya fatamorgana

Kemana ramai di ruang utama?
Kini hampa di lorong dimensi

Kemana kunci yang membebaskan?
Kini terdiam dalam belenggu

Kemana kisah yang begitu gamblang?
Kini sirna mengambang

Kemana mayor dalam sebuah Entertainer?
Kini minor dalam sebuah Rhapsody

Kemana hijaunya daun dengan pohon yang rindang?
Kini semua bergururan

Kemana lembutnya sehelai sutera?
Kini darah dalam balutan kasa

Kemana pelangi indah berseri?
Kini hitam-putih menjadi kelabu

Kemana baja yang tahan banting?
Kini keropos tergerus sang waktu

Kemana harumnya aroma kayu putih?
Kini hambar karena telah layu

Kemana kemilau pelita Nirawana?
Kini gelap gulita menyelimuti

Kamis, 20 Agustus 2015

Clash

Me   : Father, I want to run!

God : ...

Me   : Why silent? I wanna escape from these stuff.

God : Don't run! I will crush you.

Me   : What kind of crush are you talking about? Please, Father! I can't handle it anymore.

God : Hold on.

Me   : How long do I have to keep silence? I'm burning out!

God : Son, listen. Don't you know that your mission is Mine?

Me   : I do know! But, I just feel exhausted.

God : I understand. There will never be easy to complete this. This is a very important mission. Look, there! There are too many students dying. Serve them! Keep on the track. I will never leave you.

Me   : But, Father! Isn't your Son feel the same thing as mine in the Garden of Tears? Feeling pain, alone, rejected? No one besides. Even Your sweat was like drops of blood falling to the ground! That's a proof that You was so languished! Am I wrong, Jesus?

God : You are right, My Friend. I was in the base of grief. That was a great deal.

Me   : Then?

God : Sam, I chose death. My life is not mine, but His. I took the cross alone. The most contemptible way to die. There was no one of my disciple came along. Come closer. There are still scars in my body. Sure I know your feeling.

Me  : Yeah, it's clear enough. You sacrifice a lot. Oh, once again! May I have a permission to put off my cross behind?

God : I'm afraid I can't.

Me   : It was a joke -_-

God : Hahahahah.

Me   : Well, I need strength to complete this. Please promise me that You will never leave me. I need friend to walk along with me.

God : I give you My word.

Selasa, 18 Agustus 2015

Jehoshaphat: A Man Who Always Seek YHWH

Sangat kaget dengar kabar dari Alle, salah satu anak kelompok kecil sekaligus ketua Rohkris 28 yang bilang sertijab Rohkris harus minggu ini di tengah-tengah kondisi persekutuan yang masih menerapkan sistem regenerasi dan penentuan kepengurusan dalam bentuk voting.

Sangat rindu sistem voting diubah karena Kristus meneladankan untuk mendoakan bahkan hingga semalam-malaman orang-orang yang akan meneruskan penyebaran Injil. Sangat rindu teman-teman Rohkris mendapat visi ini. Dan sekarang sistem dari sekolah menjadi tantangan besar untuk memperjuangkan regenerasi yang Tuhan mau. Ditambah masih banyak rekan-rekan sekerja dalam kepegurusan yang sepertinya cenderung 50;50 dengan berlandaskan ideologi masing-masing.

Lord, this is out of my control. Please, help!

.
.
.


Entah kebetulan atau engga (pastinya segala sesuatu ada dalam kedaulatan Allah), buku rohani yang kubaca sekarang adalah Cries of The Heart karya Ravi Zacharias dan yang aku pahami kalau Allah ingin mempersiapkan kita melalui buku ini untuk regen kita. Di situ penulis mencantumkan sebuah doa dari Yosafat dalam 2 Tawarikh 20: 6-7: "dan berkata: "Ya Tuhan, Allah nenek moyang kami, bukankah Engkau Allah dalam sorga? Bukankah Engkau memerintah atas segenap kerajaan bangsa? Kuasa dan keperkasaan ada di dalam tangan-Mu, sehingga tidak ada orang yang dapat bertahan melawan Engkau. Bukankah Engkau Allah kami yang menghalau penduduk tanah ini dari depan umat-Mu Israel, dan memberikannya kepada keturunan Abraham, sahabat-Mu itu, untuk selama-lamanya?"



Kelanjutan bab buku ini menarik perhatianku dan akhirnya aku mau mendalami pasal 2 Tawarikh 20. Kiranya Allah menolong kita!

Yosafat adalah seorang raja Yehuda menggantikan ayahnya, Raja Asa. Ayahnya adalah seorang Raja yang "melakukan apa yang baik dan yang benar di hadapan Tuhan, Allahnya" (2 Tawarikh 14: 2). Selanjutnya dijelaskan bahwa Raja Asa setia terhadap Tuhan dan bahkan melalukan suatu pembaharuan (2 Tawarikh 15). Namun sayang di akhir hidupnya, ketika ia sakit "ia tidak mencari-cari pertolongan TUHAN, tetapi pertolongan tabib-tabib." (2 Tawarikh 16: 12)

Buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Yosafat memiliki sifat yang sama seperti ayahnya. Ia adalah seorang yang selalu mencari TUHAN. Terlihat dalam suatu kisah Yosafat dengan besannya Ahab, raja Israel, yang ingin memerangi Ramot-Gilead. Ahab ingin memperoleh sekutu untuk berperang melalui hubungan kekeluargaannya dengan Yosafat dan seluruh rakyatnya (2 Tawarikh 18: 3). Yang menarik, "Tetapi Yosafat berkata pada raja Israel: "Baiklah tanyakan dahulu firman TUHAN"" (2 Tawarikh 18: 4)

Raja Ahab kemudian menyanyakan pada nabi mereka dan nabi-nabi itu menyuruh Ahab untuk maju berperang. Kembali  yang menarik "Tetapi Yosafat berkata bertanya: "Tidak adakah lagi di sini seorang nabi TUHAN, supaya dengan perantaraannya kita dapat meminta petunjuk?"" (2 Tawarikh 18: 6).

Ahab menyatakan ada seorang nabi TUHAN tetapi ia membenci nabi TUHAN tersebut karena setiap nubuat yang keluar adalah malapetaka. Namun, Yosafat tetap meminta nabi TUHAN yang menjadi perantara firman TUHAN dengan dirinya. Nama nabi tersebut adalah Mikha bin Yimla (2 Tawarikh 18: 7-8). 
Notes: Mikha bin Yimla bukanlah penulis kitab Mikha. Yang menulis kita Mikha adalah Mikha dari Mosyeret-Gat (dua orang yang berbeda).
http://www.sabda.org/sejarah/artikel/pengantar_full_life_mikha.htm

Kemudian, Zedekia bin Kenaana bernubuat bahwa mereka harus maju dan didukung juga oleh nabi-nabi yang ada disitu. Bahkan setelahnya terjadilah percobaan konspirasi. Suruhan Ahab mencoba menghasut Mikha untuk meramalkan yang baik, bukan malapetaka. Namun, apa daya kalau memang malapetaka yang dipersiapkan Allah bagi Ahab merupakan kebenaran, itulah yang disampaikan Mikha. Bahkan, dalam penglihatannya TUHAN telah menaruh roh dusta ke dalam mulut nabi-nabi itu. Tentunya, nubuat ini dibenci oleh Ahab sehingga ia menjebloskan Mikha ke dalam penjara (2 Tawarikh 18: 10-27).

Meskipun dengan strategi penyamaran, apa yang telah ditetapkan TUHAN tentu tidak dapat diganggu gugat. "Tetapi seseorang menarik panahnya dan menembak dengan sembaarangan saja, dan mengenai raja Israel di antara sambungan baju zirahnya..." (2 Tawarikh 18: 33). Namun, Yosafat dapat kembali pulang dengan selamat setelah pertempuran itu.

Pencarian TUHAN dalam memilih hakim-hakim pun didasari dalam rasa takut akan TUHAN. "... "Pertimbangkanlah apa yang kamu buat, karena bukanlah apa yang kamu buat, karena bukanlah untuk manusia kamu memutuskan hukum, melainkan untuk TUHAN,... Sebab itu, kiranya kamu diliputi oleh rasa takut kepada TUHAN" (2 Tawarikh 19: 6-7)

Aku membagi 2 Tawarikh 20 kedalam dua garis besar, yaitu 2 Tawarikh 20: 1-13 dan 2 Tawarikh 20: 14- 30.

Datanglah bani Moab dan bani Amon untuk berperang melawan Yosafat. Dua bani bersekutu menjadi satu untuk mengancurkan kepemimpinan Yosafat. Tetapi sekali lagi Alkitab mencatat "Yosafat menjadi takut, lalu mengambil keputusan untuk mencari TUHAN. Ia menyerukan kepada seluruh Yudea supaya berpuasa." (2 Tawarikh 20: 3). Begitu dekat relasi-Nya dengan Allah membuat ia berserah total. Tidak berhenti pada dirinya sendiri, Yosafat meminta seluruh rakyatnya juga berserah total dalam bentuk puasa.

Ravi Zacharias dalam bukunya mencermati cara unik dalam doa Yosafat, yaitu kalimat "Bukankah Engkau..." Lanjutnya, "Kalimat ini berarti sebuah pertanyaan dan penegasan bagi umat yang sedang ketakutan akan masa depan mereka... Ia meneriakkan banyak jeritan dalam doanya. Dia melihat ke belakang dan tahu bahwa mereka tidak akan bisa mencapai posisi saat ini kalau bukan karena tangan Allah dalam hidup mereka atas bangsa mereka."

Semakin tercengang ketika dalam doanya, Yosafat menyerukan hal ini, "... Kami tidak tahu apa yang harus kami lakukan, tetapi mata kami tertuju pada-Mu" (2 Tawarikh 20:12). Sungguh kagum melihat respon Yosafat. Dia sungguh tahu ia bukan siapa-siapa. Penyerahan diri total.

Lanjut, Ravi Zacharias menuliskan, "Apa yang Allah berikan sebagai jawaban? Dia berkata (melalui Yahaziel bin Zakharia), "Camkanlah, hai seluruh Yehuda dan penduduk Yerusalem dan tuanku raja Yosafat, beginilah firman TUHAN kepadamu: Janganlah kamu takut dan terkejut karena laskar yang besar ini, sebab bukan kamu yang akan berperang melainkan Allah." (ayat 15)"

And the rest is history! Benar saja, Yehuda dibela oleh Allah langsung untuk mengalahkan sekutu Moab dan Amon. Setelahnya dapat dilihat kemenangan atas mereka. "Dan kerajaan Yosafat amanlah, karena Allahnya mengaruniakan keamanan kepadanya di segala penjuru." (2 Tawarikh 20: 30)

MILIKI HATI YANG SELALU MENCARI ALLAH. ARAHKAN MATA KITA SELALU PADA ALLAH.
Dalam memutuskan sesuatu, pastinya akan ada 'perang' yang timbul, apakah 'perang' dalam batin ataupun 'perang' dari luar. Ketika merenungkan bagaimana Yosafat telah mengosongkan dirinya sendiri supaya dia dapat fokus dan berserah penuh pada Allah. Sebenernya kalo mencermati pasal 17: 14-19, Yosafat punya lebih dari cukup pasukan untuk berperang. Alkitab mencatat kuantitas dan kualitas armada perang. Sangat logis jika melihat kekuatan yang melimpah seperti itu untuk pergi berperang tanpa bertanya pada Allah. Namun, dia tidak mencari kekuatan seperti itu. Dia arahkan pandangan matanya hanya kepada Allah dan mencari tahu terlebih dahulu apa kehendak Allah.

Dalam konteks regenerasi, sangat rindu semua yang terlibat dalamnya mengarahkan pandangannya kepada Allah dan mencari siapa yang akan menjadi kepengurusan selanjutnya. Tidak ada satupun hikmat, jika itu benar-benar berasal dari Allah, yang merupakan omong kosong. Allah adalah kebenaran. Dan selama-lamanya tetap demikian. Sampai sekarang yang aku yakin benar bahwa sistem regenerasi yang baik adalah mendoakan bukan votng. Aku sudah lama bergumul hal ini dan disinilah semakin aku diteguhkan untuk memperjuangkan apa yang menjadi kehendak Allah. Aku menghargai setiap argumen rekan sekerja lainnya. Hanya aku memilih taat pada apa yang telah Allah minta kepadaku. Jalanku tetap melalui doa, bukan voting.


PERANG INI MILIK ALLAH


Selama sudah mencari Allah dalam setiap hal dan menyerahkan sepenuhnya kepada Allah, saatnya Allah yang menunjukkan diri-Nya. Kemenangan atas perang melawan bani Moab dan bani Amon adalah kemenangan TUHAN. Setelah Yehuda berhasil memenangkan pertempuran, respon mereka adalah memuji-muji Allah (2 Tawarikh 20: 26-28). Biarkan Allah berintervensi. Allah akan membela apa yang menjadi kehendak-Nya selama kehendak-Nya sudah kita cari dan gumulkan dengan benar di hadapan-Nya. Itulah janji Allah

Dalam konteks regenerasi, perlu diperhatikan, aku tidak sedang bilang bahwa rekan mereka yang belum mendapat visi regenerasi adalah musuh. Walaupun konteks zaman Yosafat adalah musuh, jangan sampai kita mengartikan mereka sebagai musuh. Sadar dan syukuri mereka adalah rekan sekerja kita juga, bagian dari kita. Menjadi penghiburan yang meneduhkan bahwa Allah akan tetap menyertai Rohkris 28 apapun yang akan terjadi ke depan.


Mari terus berdoa. Rohkris yang bergerak bukan dengan banyaknya program dan aktivitas, tapi melalui seberapa kita yang mau bertelut dalam doa.



*kadang-kadang suka khawatir sendiri. Banyak PA yang sudah dilakukan dan rasanya banyak hal-hal dalam intelektual yang diserap. Tapi, apakah aku sungguh-sungguh menerapkan Firman? Apakah aku seorang murid sejati atau jangan-jangan aku malah seorang farisi? Hmm...

Rabu, 12 Agustus 2015

Seeking Rose Finding Pearl


(Blue Rose, September 24th 2012 by Tomy Joseph)

Hello, Rose!
Lucky me to find you
Elegance, beauty, and melody
In harmony

Look!
Spring is coming!
And it's time to blossom
Showing its magnificent crown

Once..
I tried to pick it up
But, ouch!!
"What is it??" 
"I'm bleeding!!?"

"How come beautiful thing becomes so hurts?"
Trying to understand while still looking at it from far
Until The Owner of The Rose came after me
"Give it back to Me!", He said.



(A Pearl In His Hand, August 22nd 2012 by Jeanette Sthamann)

"It's yours", I replied
Knowing nothing
Clashes
Just obey

"I just want to make sure of  keeping it safe" He continued
Slowly but sure
Step by step
The end of the narrow way is getting closer

Suddenly
Something shines so bright
"A pearl!? Isn't it so priceless!?"
"As I did for you over two thousands years ago"
Tears stream

Now..
Time flies
I'm being astonished by His work
And it's become one of the sweetest decision I've ever made










Three years forward is going to years without praying anymore. As I've already committed, '. Going back to focus. Replace the idol. Put God as the center of my life. Not easy yet totally worth.

And today, the same Words from 2 or 3 months ago are being said again to me:

"Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke PEMBANTAIAN; sepeti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggungting bulunya, ia tidak membuka mulutnya"

Sabtu, 08 Agustus 2015

Final answer of love?

Menemukan bahwa hal tersulit dan paling menyakitkan tentang kasih bukanlah sulit mengasihi orang lain, apakah karena perbedaan karakter, prinsip atau apapun yang bergesekan. Hal itu emang kadang menyakitkan. Bahkan harus ku akui itu benar. Tapi, ternyata justru Allah sendiri menjadi pribadi yang paling sulit untuk dikasihi.

Kasih sejati yang Allah berikan tak akan pernah mampu dibayar oleh apapun. Mungkin kita pikir bahwa dengan kita baik secara spiritualitas menandakan bahwa kita sungguh-sungguh mengasihi Allah. Aku pikir itu tak masuk akal.

Dengan 4 kehancuran yang aku alami beberapa bulan lalu, dan beberapa minggu ini benar-benar belajar mengenai kasih, semakin aku menyadari kasih-Nya adalah kasih yang paling dicari oleh semua orang.

Cukup tersentil dengan Firman di hari pertama ini. Sempat menyinggung tentang kesepian. Itu yang terjadi di dalam dunia sekarang. Banyak teman tapi kok merasa kesepian? Udah ikut pelayanan di dua ladang kok meraa kesepian? Well, that's me. 

Sometimes, I feel very very lonely. Seems like I do not trust any people around me. Sometimes, I just feel sharing is useless. Hahahahah another truth has spoken. That is why I'm looking for the true Friend. When I do my daily 'pause and pondering', I don't feel lonely anymore. I know He understands me. I know He is the answer of any struggles. Looking back to the Cross make me feel calm.

.
.
.

Day 2 KNPS, Sate hari ini bicara tentang Pokok Anggur yang benar dari Yohanes 15. Memang kita harus tinggal dalam Sang Pokok Anggur. Tapi, apa indikasi bahwa kita sudah benar-benar tinggal dalam Kristus. Jawabannya adalah adanya buah dan adanya pemangkasan dalam hidupku. Yang aku soroti adalah pemangkasan.

Pas sate, dibilang bahwa dalam mengikut Kristus kita akan kehilangan:
1. Hidup
2. Masa depan
3. Pasangan hidup

Hahahahah kenapa gua harus ketemu dengan staf ini sih? Namanya Kak Daniel dari pelayanan siswa Pare. Sepertinya ini menjadi pemangkasan paling menyakitkan yang harus dialami setiap murid. Siapa yang ga mau mengontrol ketiga hal itu? Siapa yang ga mau hidup sukses, kaya, sejahtera? Siapa yang ga mau punya masa depan yang cerah? Dan siapa yang ga mau punya pasangan hidup yang sangat kita sukai? Bagi orang-orang yang belum merasakan berharganya Kristus secara penuh dalam hidupnya, kehilangan-kehilangan tersebut akan tidak terlihat masuk akal.

Isn't that beautiful to control our whole life? Isn't that sweet when all of our dreams comes true?

Aku memang diajarkan untuk melayani dan mengasihi Kristus sejak kecil. Ya aku lakukan itu semua, hanya di permukaan. Khususnya di gereja di mana gua begitu rutin untuk melayani gereja tapi ga ada perubahan dalam hidup. Ada sih, tapi ironis malah lebih buruk. Trus gimana mau mengasihi Kristus kalo aku tidak diajarkan kasih yang tidak berkorban demi Kristus? Hatiku tidak dipersiapkan untuk menerima kepenuhan Kristus, yang meskipun awalnya menyakitkan tapi sebenarnya manis di akhirnya. Dan kalo dikaitkan dengan di atas, itu yang menyebabkan aku merasa kesepian. Aku hanya diperkenalkan dengan pelayanan Kristus, bukan Kristus itu sendiri.

Dan ketika aku sudah dan dalam proses mengenal Kristus saat ini, lagu ini menjadi hal yang terus teringat:

Terindah dalam ku telah kulepaskan
Terkasih dalam ku telah kutinggalkan
Asal hati Yesus merasa senang selalu
Kar'na ku tahu apa arti hidupku

Ku melayani Yesus
Itu lebih indah dari s'mua
Ku melayani Yesus
Itu lebih manis dari s'mua

Aku tidak sedang mengatakan bahwa untuk mengatur hidup, masa depan, dan pasangan hidup itu tidak penting. Sama sekali tidak! Tapi, sedang ingin menyelidiki hati apakah dengan mengatur hidup, masa depan, dan pasangan hidup justru membuatku jauh daripada Tuhan. Hidup, masa depan, dan pasangan hidup bisa menjadi berhala. Berhala ini yang sedang aku singkirkan.

Matikan diriku ya Allah supaya Kristus hidup dalamku.

Dan akhirnya menemukan bahwa kasih dengan pemuridan akhirnya bertemu dalam satu kesimpulan:

Mengalami Kasih dari Kristus akan menyanggupkan kita melepaskan segala hal yang kita kasihi. Sakit? Jelas. Aku sudah mengalami dan akan terus mengalami. Tapi, bukankah Kristus telah terlebih mengalami penderitaan yang jauh lebih menyiksa? 

Tidak ada pengorbanan yang terlalu indah dan terlalu manis untuk dipersembahkan dalam altar pengorbanan Allah.