There are three rumah that given by God as a grace. Well, in Bahasa Indonesia, rumah is not well-described enough. However in English, there are two words to describe rumah. First, rumah as a house, means a building to protect family physically. Next, rumah as a home, means the atmosphere of family's presence, a way to go back when everything seems heavy-loaded. It's just the basic difference, anyway.
Missing homes. I'm wondering where The Owner of these homes is.
.
.
.
Beberapa hari ke belakang teringat dalam suatu khotbah dalam persiapan hati KNPS 2015 yang terambil dalam Mazmur 84. Kasih judul khotbahnya sih "Rindu Tak Tertahankan" dari judul perikop "Rindu Kepada Kediaman Allah". Suatu perikop yang aku pikir dapat terpuaskan ketika mengikuti KNPS 2015. Tapi, apa daya. Tak bisa bohong kalau memang tidak terlalu menikmati kamp ini. Entah karena emosi, tekanan, atau memang sedang dibuat kosong oleh Allah. Sambil mengingat firman dan melihat ayat-ayat yang dinikmati.
(2) Betapa disenangi tempat kediaman-Mu; ya TUHAN semesta alam!
(3) Jiwaku hancur karena merindukan pelataran-pelataran TUHAN; hatiku dan dagingku bersorak-sorai kepada Allah yang hidup.
(5) Berbahagialah orang-orang yang diam di rumah-Mu, yang terus-menerus memuji Engkau. S e l a
Inikah rindu yang tak tertahankan yang dimaksud oleh Bani Korah? Kehancuran dan jeritan akan kerinduan menikmati Allah dalam kediaman-Nya. Terus-menerus merintih mencari pribadi Allah. Sangat-sangat rindu menikmati semua kenikmatan yang Allah berikan ketika hanya Allah yang menjadi sumber kepuasan sejati.
Serving and experiencing God authentically, they said. Very brilliant theme!
However, I didn't experience God at all. Is it just me?
Desire him to fill my heart with his presence.
Be still my soul
Tidak ada komentar:
Posting Komentar