Mencapai titik untuk mengasihi adalah hal yang sangat menyakitkan.
Melangkah di saat darah mengalir terkena serpihan kaca.
Ketika ego, karakter, dan kehendak harus dibakar dalam altar pemurnian kasih.
Kamuflase amarah dalam keheningan.
Ketika logika mengalahkan perasaan.
Ketika perbuatan mengalahkan status.
"Mereka perlu mengalami kasih saya, artinya kasih saya harus melampaui tindakan intelektual saja. Kasih itu haruslah sebuah komitmen untuk secara aktif mencari cara mengasihi mereka seperti Yesus mengasihi - komitmen yang menerobos segala batasan. Mengasihi sampai jemaat sungguh-sungguh mampu mengalami kasih saya." Bill Hull, Chosse The Life.
Yesus tidak menahan-nahan kasih-Nya.
Apa jadinya jika dalam sebuah malam di taman Getsemani Ia memilih untuk tidak meminum cawan?
Mengapa Ia sanggup memilih pembantaian hanya untuk makhluk yang tak layak dikasihi?
Mengapa Ia bersedia mengangkat seteru-Nya menjadi anak-Nya? Inikah kasih yang melampaui segala akal?
Again Lord, are you trying to show me The Real Love - Unconditional Love - Agape?
Kalau memang kaki yang berdarah adalah harga dari kasih yang murni, kaki yang patah pun akan aku berikan.
"Bill (Samuel), Aku akan meremukkanmu. Jangan lari."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar