Sahabat Kecil by Gita Tunggal Crescendo Singers League

Rabu, 23 Desember 2015

And It's Time to Take .....

"Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah!" (Mazmur 46: 10)

Kembali melanjutkan Emotionally Healthy Spirituality sebagai waktu Ibadah Harian atau Pause and Pondering atau ya itu lah namanya. Setelah ini merupakan campuran antara isi dari buku tersebut dengan renungan pribadi.


DIAMLAH

Tak kusangka untuk berdiam diri saja, kita sampai harus diperintah oleh Allah. Mungkin memang natur keberdosaan manusia yang ga bisa diam. Yah Allah memang merancangkan waktu untuk berdiam diri bagi manusia supaya manusia tidak tergerus oleh banyaknya aktivitas. Tuntutan pelayanan, studi, dan aktivitas lainnya bisa membunuh kita perlahan-lahan. Badai semakin bergelora dan kita tidak menggenggam tali yang kokoh padahal kita punya.

Satu hari dari tujuh hari penciptaan merupakan waktu istirahat.
Satu perintah dari 10 perintah Allah berbunyi
"Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat: enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anak laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu. Sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan menguduskannya."

Panjang? Banget. Dan ini merupakan perintah terpanjang dari antara perintah lainnya. Dalam sudut pandang hukum, semakin detail pengaturan sebuah peraturan perundang-undangan, semakin meminimalisir kemungkinan adanya multitafsir, dan semakin menandakan bagusnya kualitas peraturan perundang-undangan.

Sederhananya, sebuah waktu untuk beristirahat (dalam EHS disebutkan Ibadah Harian dan Sabat) adalah sangat penting. Ibadah harian merupakan waktu berdiam diri sejenak dalam sehari untuk menikmati Allah, sedangkan Sabat merupakan membuat satu hari sebagai hari kudus bagi Allah. Keduanya memiliki unsur berhenti, berfokus, berdiam.

Justru ketika kita tidak mendisiplinkan diri untuk berdiam, kita akan semakin tergerus. Dan ini butuh disiplin diri yang ekstra karena tuntutan zaman sekarang sangat memaksa seseorang tetap produktif 24 jam (yang bener aje).

Mari ingat kejadian ke belakang secara kronologis:
- Trauma dan kepahitan berkepanjangan (luka yang tidak sembuh membuat kita terbuka terhadap kebiasaan berdosa melawan Tuhan dan sesama - EHS)
- Pelayanan, relasi, dan studi kacau balau
- Di pause dari pelayanan
- Somehow, hati digelisahkan untuk diam
- Di 28 agak sedikit terkendala komunikasi, secara khusus retreat yang diundur -_-
- Merasa "dijauhkan" dengan teman yang gua doakan karena mudik dan susah jaringan jadi susah komunikasi
- Bokap balik dan mintanya jalan-jalan terus
- Baca buku EHS (menghayati berdiam diri)
- Saat teduh dapetnya ginian:


Konfirmasi: Allah minta gua istirahat. Menikmati persekutuan pribadi, hanya Samuel dengan Allah.

Hahahahah with pleasure :) Sure I will take Sabbath during this holiday.
Fokusnya, berdiam bersama Allah, merenungi bagaimana Dia menyertai, dan menyerahkan segala kendali hidup pada-Nya.

Dan di dalam waktu berdiam ini sangat rindu untuk mengetahui bahwa Dialah Allah. Sudah sekian lama menjerit meminta ketenangan dan kedamaian.

AND IT'S TIME TO TAKE SABBATH!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar