Dibelenggu....
Nestapa....
Titik nadir....
Apa lagi?
Apa lagi kata yang bisa menggambarkan suatu kehancuran hanya karena 'god of love'...
Coba bandingkan!
Perasaan yang hancur ketika aku melihat dia mendekati orang lain.
Mendoakan orang lain.. Berarti ada keseriusan..
Well, it hurts.
But, while I was on the way home, I realized something...
Memahami bahwa kita adalah citra Allah. Yang ada dipikran paling hanya mencakup aspek fisik dan aspek rohani. Namun, salah satu citra Allah dalam diri kita, yang jarang pernah kita hayati adalah aspek emosi. Aku merenungkan emosi Bapa terhadap Anak-Nya.
Bagaimana perasaan Bapa ketika melihat Anak-Nya yang sangat dikasihi-Nya mati?
Bagaimana perasaan dilematis Bapa ketika diperhadapkan antara keadilan dan kasih?
Bapa yang seperti apa yang tega ketika melihat anaknya mati secara tragis?
"Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya." (Yesaya 53: 7)
ANAK ALLAH DIBANTAI!
SANG ANAK DOMBA DIBANTAI!
YANG TIDAK BERSALAH DIBANTAI!
Iya, dibantai! Pernah melihat pembantaian? Mati secara hina. Mati secara keji.
Selama aku menjadi Kristen, aku belum pernah membaca nubuat Yesaya mengenai Kristus yang akan mati. Yang aku tahu, Kristus mati secara mengenaskan hanya untuk menunjukkan kasih-Nya yang tak bersyarat bagi kita. Sepanjang aku membaca Kitab Injil maupun Surat Paulus selama ini, aku belum pernah menemukan kata "pembantaian". Penglihatan Yesaya sangat baik!
Dan sekarang ketika aku membandingkan emosiku (kesedihan) dengan emosi Bapa, apakah emosi yang kurasakan ini sebegitu dalamnya dengan emosi yang Bapa rasakan? Bukankah lebih pedih bagi Bapa melihat Anak-Nya sendiri dibantai daripada hanya melihat ada orang yang aku doakan sedang mendoakan orang lain?
Kesedihanku tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan kesedihan Bapa.
Perasaan ini aneh. Pernahkah kau merasa: "aku ga bisa sedih hanya karena hal itu saat aku menyadari ada emosi yang jauh lebih sedih ketika seorang bapa melihat anaknya sendiri dibantai?"
Aku hanya bisa menangis kali ini. Lemah? Silahkan saja berkomentar sesuka hati.
Namun, untuk kali ini air mata yang turun bukanlah air mata penderitaan, bukan air mata nestapa, tapi air mata haru melihat kasih Bapa yang begitu luar biasa!
Air mata kelegaan.
Air mata pembebasan.
Air mata damai.
Aku sangat bersyukur bisa diperkenalkan dengan Injil. Satu hari yang merubah diriku sepenuhnya. Jika di luar sana ada orang yang pelayanan dan hidupnya kacau (no offense) hanya karena 'god of love', menjadi tidak fokus kepada Allah, bahkan bunuh diri karena frustasi akan cinta, maka aku sangat bersyukur Allah menyelamatkanku. Kini, ketika aku melihat pergumulan, yang perlu aku lakukan hanya melihat kepada Salib.
Karena Salib adalah tempat semua jawaban atas semua hidupmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar